Alkisah pada waktu itu kerajaan pajajaran yang dipimpin Prabu
Bandjarasari yang berpusat di dekat Ciamis Jawa Barat mempunyai putra
Raden Arya Mentahun. Raden Arya Mentahun mempunyai anak bernama Raden
Arya Randu Kuning, putra mahkota tersebut mengembara kearah timur hingga
sampailah di kawasan utara gunung Kalak Wilis Bogang Jenu, sesampai
ditempat itu lalu melalukan babat hutan untuk mendirikan Negara dan
berkeinginan menjadi Bupatinya.
Hutan
tersebut yang terletak dekat dengan pantai di kenal dengan nama Hutan
Srikandi yang masih hutan belantara dan berkat kerja kerasnya
lama-kelamaan menjadi perkampungan yang diberi nama Kabupaten Lumadjang
Tengah, dengan Bupatinya Raden Arya Randu Kuning bergelar Kjai Gede Lebe
Lontang pada abad ke 12 M. Kjai Lebe Lontang atau Raden Arya Randu
kuning membawa rakyat kabupaten yang dipimpinya menjadi sejahtera,
makmur dan sejahtera dengan melakukan semedi guna menambah kesaktianya
di tapaan Kalak Wilis sebelah selatan Bogang, yang saat ini dipenuhi
berbagai tumbuhan berumur ribuan tahun dan masih terjaga, serta bekas
tapaan yang dibangun pendopo kecil yang sering dikunjungi para peziarah
saat ini.
Dari catatan sejarah buku 700 tahun Tuban karangan R. Soeparmo, Raden
Arya Randu Kuning memimpin Kabupaten Lumadjang tengah selama 22 tahun.
Kjai gede lebe lontang mempunyai putra Raden Aryo Bangah yang mendirikan
Kabupaten di Gumenggeng (sekarang Desa Gumeng Kecamatan Rengel) dan
Raden Aryo bangah mempunyai putra Raden Aryo Dandang Miring membuka
hutan Papringan (Desa Perunggahan Semanding), 3 abad kemudian Papringan
menjadi pusat kota Tuban mengambil istilah metu banyune = Tuban yang
dipimpin Raden Aryo Dandang Watjono sebagai cikal bakal Kabupaten Tuban
hingga saat ini, meski mengalami beberapa kali perpindahan pusat
pemerintahan.
Satu deret dengan Kabupaten Lumadjang Tengaha didapati banyak
petilasan yang ada kaitanya antara lain, bukit Minak Koncar, sendang
Kaputren dan tapaan gunung Kalak Wilis. Bukit Minak Koncar berupa
punggungan batuan kapur terletak di barat situs tapak Kabupaten dan
sekarang berada persis di utara kampung dan sudah carut marut banyak
cekungan akibat galian, hanya menyisakan satu dua bongkahan batu besar.
Di selatanya dari bekas Minak Koncar tepatnya di selatan jalan Daendels terdapat telaga yang dipenuhi
tumbuhan teratai dengan diameter 50 – 100m yang oleh masyarakat sekitar
masih dianggap keramat dan sering dilakukan manganan/sedekah bumi
setahun sekali. Bergerak keselatan mendaki hamparan bukit ditumbuhi
pohon – pohon tua , dari randu alas, tenggulun, dan didominasi oleh
pohon asem. Dari tempat tersebut dapat memandang luas ke sekeliling
dengan jelas antara lain laut utara dan lembah Kecamatan Kerek – Montong
yang saat ini terlihat hamparan tambang komplek pabrik semen.
Tepat
berada di puncaknya/top hill terdapat petilasan/cungkup yang dipercaya
sebagai tempat semedi Raden Aryo Randu Kuning untuk memohon pada sang
pencipta demi kemakmuran rakyatnya. ”Di Kalak Wilis juga sering muncul
macan putih dan kuda juga kijang secara ghoib, terutama saat senja “
terang Mbah Irfan juru kunci kalak wilis umur 70 tahun.
Lokasi situs Kabupaten Lumadjang Tengah di utara Dusun Bogang
memanjang dari timur ke barat sekitar kurang lebih 3 kilometer persegi,
berada di perbatasan desa Wadung dan Kaliuntu, hamparan lokasi tersebut
sekarang dibelah oleh akses jalan menuju PLTU Jenu dan jalan daendels
tepatnya di Dusun Bogang, yang menguatkan tempat itu tempat sejarah
purbakala diantaranya banyak ditemukan artefak keramik kuno, uang logam
tiga jenis dan perhiasan emas kerajaan oleh penduduk yang tak utuh lagi,
akibat terkena alat pembajak pertanian, yang diduga perabotan
peninggalan Kabupaten Lumadjang Tengah. ”Banyak ditemui pecahan keramik
apalagi disaat masyarakat menggarap ladang dan sawah, namun sudah tidak
utuh lagi mas, kena cangkul dan traktor”, ujar Musa 25 tahun warga
sekitar yang mengantar wartawan sosialnews ke lokasi.
“Tak
hanya itu, ditemui juga pecahan uang kuno 3 macam dan tidak sedikit
perhiasan emas seperti kerajaan, namun oleh penduduk sering dijual bagi
yang berkeinginan,“ papar pemuda yang juga lulusan perguruan tinggi di
Tuban.
Secara terpisah Sunaryo yang membidani seni budaya dan periwisita
saat dikonfirmasi via telepon mengatakan “Saya malah belum tahu mas,“
jawabanya singkat di balik telepon setengah gugup.
Kepala Dinas Pendidikan dan Olahraga Sutrirno, saat dikonfirmasi
wartawan sosialnews mengatakan, “Saya akan melakukan investigasi di
lapangan, dan urusan saya lebih banyak pada pendidikan,“ ujarnya. Namun
demikian peryataan Sutrisno tersebut sebagian kontradiktif karena
sekarang UPTD museum Kambang Putih yang mengurusi benda peninggalan
budaya di bawah kepemimpinanya. “Tentang wilayah yang diduga peninggalan
budaya dan dijadikan jalan utama PLTU, saya nggak ikut-ikut urusan
ANDAL, itu wilayah BLH mas,“ ungkap pejabat yang lama memimpin DIKPORA
tersebut.
Lingkungan
Dalam dokumen ANDAL PLTU Jenu potensi kebudayaan lokal yang
mengandung sejarah tinggi tersebut tidak termaktup didalamnya, alih-alih
dibahas oleh pemrakasra dan pembuatnya yang di bahas secara ilmiah
disebut aja tidak. “Jika dari petunjuk temuan lapangan sementara ini
sangat ironis dan kecerobohan karena dalam penyusunan dokumen ANDAL
dapat mencari informasi pada beberapa data sekunder tentang itu (700
tahun tuban), mudah didapatkan pada dokumen Pemerintah Daerah” papar
diretur Cagar, Edy toyibi.
“Kegiatan usaha dan ANDAL tersebut patut diduga memenuhi pelanggaran
hukum cagar budaya yang dibarengi sangsi, juga terancam dilakukan kajian
ulang karena ini dapat bersentuhan dengan perbuatan pidana,“ ujarnya
saat menemani di lokasi.
”Undang-Undang nomor 11 tahun 2010 pasal 105 adalah memuat tentang
ancaman pidana dari 1 – 5 tahun dan denda Rp 500.000.000,00(lima ratus
juta rupiah) sampai Rp 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah) bagi setiap
orang yang merusak cagar budaya,“ tambahnya.
“Yang lebih memprihatinkan tidak ada papan pengumuman kawasan cagar
budaya, padahal dalam sejarah Tuban tercatat sangat jelas, ini tahu apa
pura-pura tidak tau?“ Ujar lelaki yang juga sekretaris Cabang Ikatan
sarjana Hukum di Tuban .Ini salah satu dari sekian banyak tapak jejak
budaya Tuban yang tidak mendapat perhatian pemerintah sedikitpun*(at )