Kehidupan di Antara Bongkahan Batu

TUBAN – Seperti dalam bagian tulisan sebelumnya, bahwa dasar lembah purba apabila ditelusuri secara detail ada sebagian yang dipenuhi oleh bongkahan batu kapur dengan ukuran besar (boulder), namun lahan di antara bongkahan dimanfaatkan oleh penduduk sebagai lahan pertanian dan tempat mendapatkan dedaunan sebagai makanan hewan piaraannya.
Potensi keunikan fenomena geologi lain pada hamparan dasar lembah purba selatan Tuban yang notabene satu kesatuan lingkup kawasan karst kendeng utara yang merupakan batuan formasi rembang, salah satunya dengan adanya sebaran bongkahan batu-batu kapur berukuran besar yang dalam istilah ilmiahnya disebut boulder. Keberadaan boulder pada area kawasan karst merupakan bagian yang tak terpisahkan sebagai pencirian fisik makro eksokarstologi.
Terbentuknya bongkahan batu-batu kapur berukuran besar maupun sedang dan kecil (boulder) akibat adanya runtuhan secara fisik sacara alamiah seiring dengan gerak dinamik alam itu sendiri baik disebabkan oleh sisa gerakan tektonik lempeng bumi maupun proses konsentrasi kimia yang memicu lepasnya sebagian batuan dari kesatuannya.
“Fenomena geologi boulder dapat dijumpai hampir pada seluruh kawasan karst di dunia sebagai pencirian secara makro permukaan, disamping bukit, lembah dan tebing,“ Edy Toyibi, Direktur Cagar menjelaskan.
“Boulder selain di permukaan juga dapat ditemui pada lorong-lorong goa kapur, sebagai fenomena endokarst (bawah permukaan ), akibat runtuhan atap goa seiring proses terbentuknya goa itu sendiri biasa disebut dalam istilah keilmuannya speleogenesis“ tambah Edy.
Dari penyisiran sosialnews bersama Cagar yang dilakukan pada dua musim, yaitu musim kemarau dan musim penghujan untuk mendapatkan gambaran detail tentang keberadaan kawasan lembah purba yang dasarnya didominasi oleh boulder, akan kontribusinya pada lingkungan dan kehidupan sosial masyarakat sekitar.
“Pada bongkahan boulder dengan sifat batuannya yang mudah larut atau dapat meloloskan air hujan melalui porositas dan permeabilitas dipermukaanya terdapat cekungan dengan tepian runcing-runcing, berbagai ukuran biasa disebut lapies bahkan banyak ditemui sampai membentuk lobang-lobang dalam,” papar Edy.
“lobang-obang itulah yang biasanya digunakan beberapa spesies hewan atau burung untuk berkembang biak, dan bahkan digunakan sebagian tumbuhan berbatang keras sebagai alur akar mencapai media tanah untuk asupan nutrisi “ edy yang nerocos mengebu – gebu menjelaskan
“Maka hal yang biasa jika diatas bongkahan boulder hidup pepohonan besar tetap tumbuh dan berkembang meski melewati beberapa musim kemarau tiba,” Edy menunjuk pohon randu hutan yang akarnya mencengkeram boulder besar.
Pada musim kemarau ataupun penghujan sisi boulder yang membentuk payung (canopy) dimanfaatkan masyarakat petani sebagai tempat menyimpan cadangan pakan dan kandang ternak bahkan berbagi tempat dengan pemiliknya, agar tidak jauh dari tanah garapan pertanian lahan kering yang memanfaatkan lahan diantara bongkahan untuk ditanami berbagai jenis kebutuhan pangan, dari jagung, ketela pohon dan rambat, cabe, kacang-kacangan sampai pada umbi-umbian lainya .
“Kalau kemarau kita cangkuli tanahnya agar musim hujan dapat saya tanami, Pak,“ kata Warsono (55 th) penduduk desa sekitar yang bertani memanfaatkan lahan-lahan di antara bongkahan batu di dasar lembah purba.
“Bagaimana lagi Pak? Sejak kakek saya ya mengolah tanah di sini, karena nggak punya tanah di atas sana,” tambah Warsono.
Lain lagi apa yang disampaikan Tikah (60 th), “Kalau musim rending (penghujan-red) dan musim ketigo (kemarau-red) bersama anak sepulang sekolah, ya mencari makanan untuk kambing,kadang ya sampai naik ke batu-batu itu, Pak,“ kata perempuan itu sambil sibuk mencari dedaunan dengan anak perempuannya.
“Juga mencari kayu bakar, Pak, kan banyak itu yang pohonnya kering,“ sambil menunjuk dahan dan ranting kering.
“Sifat dan unsur tanah di antara bongkahan batu kapur (boulder) baik dari fisik, kimia dan biologi terpenuhi untuk bercocok tanam bagi petani dengan catatan tak merubah bahkan merusak bentukan boulder tersebut karena sebagian unsur tanah didapat dari keberadaan boulder, melalui limpahan proses pelarutan kimia batuan dan limpahan unsur biologi dari sisa uraian serasah tumbuhan,“ kata Edy yang juga masih berstatus mahasiswa pertanian semester akhir.
“Akan lebih parah lagi jika terjadi pembiaran eksploitasi sebaran boulder dengan penghancuran untuk kepentingan lain oleh pihak tertentu. Mestinya diarahkan ditempat yang tak mempunyai dampak perubahan bahkan hilangnya fenomena geologi tersebut, itu baru bijaksana, Mas,” ujar Edy lelaki yang menghabiskan waktu luangnya untuk memantau kawasan karst. *(SNC – at)