PINTU AIR KANAL TIMUR LEMBAH PURBA

TUBAN, sosialnews.com – Seperti pada bagian Lembah Purba terdahulu, bahwa Lembah Purba pada sisi timur laut terdapat bentukan lorong lebar hingga mencapai 1.5 km yang menuju ke laut utara Pulau Jawa tepatnya di Kecamatan Palang membentuk seperti kanal raksasa.
Kanal timur Lembah Purba yang mempunyai lebar 1,5 km dibatasi oleh punggungan Dusun Mangkung Desa Ngino dan Desa Medokan dengan kedalaman dasar lembah kanal 150 – 175 mdpl, tepat di dasar lembah mengalir Sungi Klero hasil kumpulan dari empat anak sungai musiman di atasnya yang masih dalam area Lembah Purba. Sungai atau biasa disebut Kali Klero berkelok-kelok indah, mempunyai panjang sekitar 15 km sampai pada muara di antara Desa Kradenan – Gesikharjo Kecamatan Palang dengan melewati beberapa wilayah Desa Dermawu (hulu), Sambongrejo, Ngino, Genaharjo, Tunah (Kepet), Gesing, Dawung, Kradenan Dan Desa Gesikharjo (muara) .
Kawasan lembah kanal timur dan berbelok kearah utara merupakan areal lahan pertanian produktif, mulai dari lahan pertanian kering/tadah hujan sampai lahan pertanian lahan basah/sawah, ditunjang lapisan tanah secara fisik mempunyai ketebalan yang lumayan dari dasar batuan kapur yang mengalasi (top soil).
“Subur Pak kalau dapat pengairan yang cukup,“ ujar Sholeh (60 th) petani penggarap asal Desa Ngino yang lahanya berada di lintasan lembah kanal timur, sambil sibuk mencangkul kanan kiri tanaman jagung.
”Kalau musim kemarau ya kita ambilkan air dari Sungai Klero dengan bantuan mesin, namun masih ada sebagian warga yang masih mengambil air dengan cara memikulnya,“ cerita Sholeh.
“Kanal timur ini terbentuk setelah Lembah Purba ini ada, karena setelah Lembah Purba yang berbentuk cawan ini terbentuk akibat kejadian geologi adanya gerakan tektonik, sehingga terjadi colaps/penurunan permukaan dalam wilayah yang luas ditambah proses kimiawi berupa pelarutan sehingga membentuk cekungan seperti cawan raksasa,“ kata Edy Toyibi Direktur Cagar
“Bentukan morfologi/permukaan tersebut menampung air yang cukup besar, jika digambarkan seperti danau, begitulah Mas,“ tambah Edy.
“Dinding dari Lembah Purba yang berbentuk cawan tersebut, berupa dinding terjal atau perbukitan kapur yang mempunyai sifat bawaan dapat meloloskan air melalui lubang mikro pada batuan (intragranuler), sehingga pada sisi timur yang daerah paling dapat didesak air, lama-kelamaan jebol dan membentuk lembah menyerupai kanal untuk menjadi jalan air menuju tempat yang lebih rendah yaitu laut utara,“ terang Edy.
“Namun untuk menyingkap itu semua perlu dilakukan kajian keilmuan lebih lanjut dan mendalam sebagai aset fenomena geologi unik,“ Edy menjelaskan.
Dari pantauan sosialnews di lapangan bersama Cagar, aliran kanal timur berpencar kearah timur menuju aliran Bengawan Solo di Kecamatan Widang, sebab aliran yang membelok ke utara terpecah dengan adanya deretan punggungan Pakah, Gesing, Ngimbang dan Galang sehingga yang ke utara dapat dijumpai jejeknya melalui Sungai Klero dan yang ke Bengawan Solo melalui daerah flat (datar) berupa sawah melewati Desa Sumberagung (Dempel), Penidon, Mrutuk sampai Widang.
potensi Lembah Purba tersebut jika didekati dari berbagai keilmuan serta kearifan peradaban akan banyak dapat dikuak kepermukaan, sebagai pengkayaan pengetahuan dan pembelajaran dan sebagai laboratorium alam yang sangat luar biasa, “Ini menunjukan bahwa bumi bergerak dinamis sampai sekarang dengan sendirinya, namun yang memprihatinkan adanya campur tangan manusia seperti eksploitasi ekstraktif tak terkendali, menyebar dan masif, mengacaukan ritme pergerakan alam,“ kata Edy Toyibi, aktivis lingkungan ini mengakhiri.*(at)